Jumat, 23 Mei 2014

PROFESI: Guru PNS & Honorel

PROFESI: Guru PNS & Honorel
 
          Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah, sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi.
          Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru dengan segala kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan pembelajaran bagi peserta didiknya. Sehingga tidak salah jika kita menempatkan guru sebagai salah satu kunci pembangunan bangsa menjadi bangsa yang maju dimasa yang akan datang, dan mendapat juluk pahlawan tanpa tanda jasa, walaupun bila di lihat antara guru PNS dan guru honorel mempunyai perbedaan yang sangat mencolok dari segi pendapatan dan segi pandang.
 video profesi


KESENIAN KARAWITAN & DOLALAK

KESENIAN

KARAWITAN & DOLALAK


    Kesenian merupakan bagian dari budaya dan merupakan sarana yang di gunakan untukmengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Masih banyak fungsi lain dari kesenian, secara umum, kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.
       Salah satu dari kesenian yaitu Kesenian Budaya, yang merupakan unsur penting dari suatu budaya nasional. Di Indonesiapun sudah banyak melahirkan suatu kesenian budaya, diantaranya Kesenian Karawitan dan Kesenian Dolalak.

video kesenian

Selasa, 20 Mei 2014

"SUKU MANDAR di SULAWESI"

"SUKU MANDAR di SULAWESI"


SUKU MANDAR SEBAGAI MASKARA PELENTIK BUDAYA INDONESIA

LETAK GEOGRAFIS
Mandar adalah nama suatu suku yang terdapat di sulawesi barat dan sulawesi selatan, tetapi pada umumnya suku mandar berasal dari sulawesi barat. Diistilahkan sebagai etnis karena Mandar merupakan suku utama yang berada di sulawesi barat, dan salah satu kelompok etnis dari empat suku yang mendiami kawasan provinsi Sulawesi Selatan yakni etnis Makassar (makasara’), etnis Bugis (ogi’), etnis Toraja (toraya). Pengelompokkan ini dimaksudkan dalam suatu kelompok pengkajian yang disebut “lagaligologi”.

Mandar sesuai dengan makna kuantitas yang dikandung dalam konteks geografis merupakan wilayah dari batas paku (wilayah polmas) sampai suremana (wilayah kabupaten mamuju). Akan tetapi dalam makna kualitas serta symbol dapat kita batasi diri dalam lingkup kerajaan Balanipa sebagi peletak dasar pembangunan kerajaan (landasan idial dan landasan struktural), dan sebagai bapak perserikatan seluruh kerajaan dalam wilayah mandar Pitu ulunna Salu dan Pitu Ba’bana Binanga.

Suku mandar merupakan satu-satunya suku bahari yang ada di indonesia dan di nusantara yang berhadapan langsung dengan laut dalam, tanpa adanya pulau-pulau yang bergugus. Teknologi kelautan mereka sudah demikian sistematis, yang merupakan warisan dari nenek moyang dari suku mandar tersebut. Mandar sebagai suku utama yang ada di sulawesi barat dan merupakan salah satu suku di sulawesi selatan memiliki aneka ragam corak kebudayaan yang khas dan menarik untuk kita tinjau.

Letak Daerah Mandar

Wilayah suku mandar terletak di ujung utara Sulawesi Selatan tepatnya di Sulawesi Barat dengan letak geografis antara 10-30 lintang selatan dan antara 1’180-1’190 bujur timur.

Luas wilayah Mandar adalah 23.539,40 km2, terurai dengan :
1. luas kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara : 11.622,40 Km2
2. luas kabupaten Mameje : 1.932 Km2
3. luas kabupaten Polewali Mamasa : 9.985 Km2

Semula dari zaman dahulu, di zaman perjanjian atau Allamungang Batu di Lujo, batas-batas wilayah Mandar adalah :
a) Sebelah Utara dengan Lalombi, wilayah Sulawesi Tengah
b) Sebelah timur dengan kabupaten poso, kabupaten Lawu dan Kabupaten Tana Toraja.
c) Sebelah selatan dengan Binanga Karaeng, kabupaten Pinrang
d) Sebelah barat dengan Selat Makasar.

Kini batas Mandar di utara berubah menjadi Suremana, yang berarti suku mandar kehilangan wilayah lebih dari 10 km, dan juga kehilangan 10 km di selatan, karena batas wilayah Mandar di selatan sekarang sudah bukan Binanga Karaeng, tetapi Paku (ujung polewali mandar).
SISTEM RELIGI DAN UPACARA KEAGAMAAN
Sebagian besar suku Mandar adalah penganut agama Islam yang setia tetapi dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat lepas dari kepercayaan-kepercayaan seperti pemali, larangan-larangan dan perbuatan magis seperti pemakaian jimat atau benda-benda keramat dan sesaji.

Di daerah pedalaman seperti di pegunungan Pitu Ulunna Salu sebelum Islam masuk, religi budaya yang dikenal ketika itu adalah adat Mappurondo yang diterjemahkan sebagai bepeganng pada falsafah Pemali Appa Randanna, Sedangkan untuk wilayah persekutuan Pitu Ba’bana Binanga sendiri, religi budayanya dapat ditemui pada peninggalanya yang berupa ritual dan upacara-upacara adat yang tampaknya bisa dijadikan patokan bahwa ia bersumber dari religi budaya dan kepercayaan masa lalunya. Seperti ritual Mappasoro (menghanyutkan sesaji di sungai) atau Mattola bala’ (menyiapkan sesai untuk menolak musibah) dan lain sebagainya yang diyakini akan membawa manfaat kepada masyarakat yang melakukannya.




Menggali Sejarah Makam di Atas Bukit Majenhttp://www.majenekab.go.id/v2/images/artikel/gb27.jpg
wisata sejarah atau religi. Salah satu tempat wisata yang cukup bernilai sejarah terletak di Teluk Majene.
Ya, nenek moyang suku Mandar di Kerajaan Banggae Majene seolah tidak bisa memilih tempat yang lebih baik untuk memakamkan raja dan keluarga mereka, selain di Pemakaman Kerajaan Raja Royal Banggae dan Hadat.Pemakaman berusia tua ini berada di Bukit Ondongan menghadap ke Teluk Majene.Lokasinya persis berada di dalam Desa Pang Ali-ali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat.Demikian dilansir Indonesia Travel.
Di Bukit Ondongan, nenek moyang Kerajaan Banggae Majene kuno menemukan tempat peristirahatan terakhir mereka. Banyak yang mengatakan bahwa lokasi puncak bukit tersebut dipilih dengan alasan agar nenek moyang Kerajaan Banggae Majene dapat mengawasi keturunan mereka yang berada di bawah bukit atau ketika mereka berlayar jauh mencari nafkah di lautan luas.
Dalam kompleks pemakaman terdapat 480 makam yang terbuat dari berbagai bahan, seperti batu lava, batu tanah, dan kayu.Makam dihiasi dengan simbol geometris, kaligrafi Arab, dan simbol swastika. Keberadaan simbol yang bervariasi tersebut juga meninggalkan misteri tersendiri tentang bagaimana simbol Islam dan Hindu dapat ditemukan di situs pemakaman yang sama. Batu nisannya juga memiliki banyak simbol yang menyerupai simbol-simbol di candi yang ada di Pulau Jawa.Saat ini, kompleks makam raja-raja Banggae dan Hadat telah terdaftar sebagai cagar budaya menyusul konservasi yang terus dilakukan.
Berdasarkan penelitian sejarah dan arkeologi sementara, pemakaman ini diperkirakan sudah ada sejak abad 16 dan 17.Siapa pemilik kompleks pemakaman ini masih menjadi misteri.Meskipun demikian, penamaan kompleks pemakaman ini diyakini diberikan raja pertama Banggae yang dikenal sebagai Poralle dan diangkat sebagai Mara ‘dia Salabose dan Daeng Salabose (pemimpin besar).Dia juga diberi gelar Puang Banggae dan membentuk masyarakat pertama yang kemudian tumbuh menjadi Kerajaan Banggae.Oleh karena itu, diyakini bahwa mereka yang dimakamkan di kompleks pemakaman ini adalah keturunan Puang Banggae.

SISTEM ORGANISASI KEMASYARAKATAN
Golongan bangsawan Hadat (Berdasarkan penilaian daerah menurut ukuran makro yaitu :
1. Golongan bangsawan raja,
2. Golongan bangsawan hadat atau pia (mara'dia),
3. Golongan tau maradeka yakni orang biasa,
4. Golongan budak atau batua.
mara'dia) ini merupakan golongan yang paling bayak jumlahnya.Mereka tidak boleh kawin dengan turunan bangsawan raja supaya ada pemisahan.Raja hanya sebagai lambing sedangkan hadat memegang kekuasaan.
Beberapa hal yang menjadi kebiasaan dalam suku Mandar seperti:

a. Mengalah yaitu kalau menghadap raja,kaki tangan dilipat.
b. Meminta permisi kalau mau lewat didepan orang dengan menyebut Tawe
c. Kalau bertamu sudah lama, mereka minta permisi yang disebut massimang

SISTEM PENGETAHUAN
Ada beberapa ilmu (paissangang) yang di miliki oleh pelaut mandar berlayar (paissangangasumombalang), kelautan (paissangang aposasiang), keperahuan (paissangang paalopiang) dan kegaiban (biasa disebut paissangang). Dan pada umumnya sebelum melaut ada upacara-upacara yang dilakukan seperti Kuliwa, yaitu pemujaan terhadap sang pencipta agar di jaga selama melaut dan di berikan rezky berupa tangkapan yang cukup.
BAHASA
Pada dasarnya Suku mandar menggunakan bahasa yang disebut dengan bahasa mandar, hingga kini masih dengan mudah bisa ditemui penggunaannya di beberapa daerah di Mandar seperti: Polmas, Mamasa, majene, Mamuju dan Mamuju Utara. Bahasa mandar juga memiliki 2 subbahas yaitu bahasa yang biasa di pergunakan di daerah pedalaman (bahasa buttu) dan bahasa mandar kota.
Selain bahasa mandar, di beberapa tempat atau daerah di Mandar juga telah menggunakan bahasa lain,seperti untuk Polmas di daerah Polewali juga dapat ditemui penggunaan bahasa Bugis. Begitu pula di Mamasa, menggunakan bahasa Mamasa, sebagai bahasa mereka yang memang di dalamnya banyak ditemui perbedaannya dengan bahasa Mandar.Sementara di daerah Wonomulyo, juga dapat ditemui banyak masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa, utamanya etnis Jawa yang tinggal dan juga telah menjadi to Mandar di daerah tersebut.Kecuali di beberapa tempat Mandar, seperti Mamasa. Selain daerah Mandar atau kini wilayah Provinsi Sulawesi Barat , bahasa Mandar juga dapat ditemukan penggunaannya di komunitas masyarakat di daerah Ujung Lero Kabupaten Pinrang dan Tuppa Biring Kabupaten Pangkep.

KESENIAN
Mengenal “Tuqduq” Mandar
Pattuqduq tobaine pada tahun 1930an (foto koleksi Museum Tropen Belanda)Secara harfiah, bahasa Mandar tari atau tarian adalah “tuqduq”.Sedang penari berarti “pattuqduq”.Dalam kebudayaan Mandar di unsur kesenian, ada banyak jenis tarian tapi secara umum hanya dua, yaitu “pattuqduq tobaine” (penarinya perempuan) dan “pattuqduq tommuane” (penari laki-laki). Memang ada tarian lain, tapi jarang diikuti kata “pattuqduq”, seperti “pallake” (tarian yang pemainnya mengenakan “lake” atau tanduk) “denggoq” (tarian yang dipengaruhi budaya Arab).
Meski “pattuqduq” itu adalah tarian, tidak serta merta tarian, apalagi yang kontemporer (modern), akan langsung disebut “pattuqduq”. Kata “pattuqduq” identik pada tarian tradisional saja.
Berbeda dengan “pattuqduq tommuane” yang sepertinya hanya satu tarian (tarian perang; sebab satu maka hanya disebut “pattuqduq tommuane”), “pattuqduq tobaine” ada beberapa. Tari atau “tuqduq” yang dikenal ialah “tuqduq sore”, “tuqduq sarawadang”, “tuqduq cakkuriri”, “tuqduq losa-losa”, “tuqduq palappa”, “tuqduq kumbaq”, “tuqduq tipalayo”, dan “tuqduq sawawar”.
Belum ditemukan kajian atau penelitian khusus yang membahas tentang tarian Mandar di atas, sehingga belum bisa dikemukakan atas dasar apa tari-tarian tersebut berbeda. Ada yang diketahui makna atau kata jenis tariannya, ada yang tidak.Misalnya kata “cakkuriri”, sepertinya merujuk pada bendera salah satu kerajaan di Pitu Baqbana Binanga, “losa-losa” berarti transparan, “palappa” (apakah yang dimaksud “palapa” atau bilah bambu?), dan “tipalayo” yang berarti tinggi semampai.
Awalnya tarian di Mandar bukan sebagai bentuk hiburan melainkan bentuk persembahan kepada dewata. Konon, ketika Todilaling mangkat, ke dalam liang kuburnya ikut serta pengikutnya yang terus-menerus di dalam liang kubur dan ditanam bersama rajanya. Masa-masa selanjutnya, tarian menjadi bagian dari upacara kerajaan dan hiburan.
Penari dari Balanipa pada tahun 1940an (foto koleksi Farid Wajdi)Berdasarkan status sosial “pattuqduq”, maka “pattuqduq” terbagi tiga yaitu (1) “Pattuqduq Anaq Pattola Payung” (Penari Tuqduq Anak Bangsawan Raja Murni), (2) “Pattuqduq Anaq Pattola Tau Pia” (Penari Tuqduq Anak Bangsawan Hadat), dan (3) “Pattuqduq Tau Biasa” (Penari Tuqduq Orang Awam). Diperkirakan praktek “mattuqduq” sudah mulai dilakukan masyarakat Mandar pada abad ke-10.
Pakaian “pattuqduq” disebut “bayu rawang boko”, salah satu pakaian tradisional Mandar.Warna yang umum digunakan adalah merah dan hijau. Adapun perlengkapannya ialah (1) “calana dalang”, (2) “calana alang”, (3) “lipaq ratte”, “lipaq dialang”, “lipaq biasa sureq” ‘sarung biasa, dari benang bercorak’ Mandar, (4) “kawariq (kawariq ada: 2, 4, 6, dan 8), (5) “tombi care-care” (ketika dipakai diikat supaya tidak goyang), (6) “tombi tunggaq” yaitu: a. “tombi kaiyyang”. b.  “tombi cucur”. c.   “tombi maqel”, d. “tombi buqang”, (7) “pasangang biasa”, “pasangang ratte”, (8) “tombi dianaqi” dua atau tiga untai, (9)  “tombi suku-suku”, (10)  “teppang”, (11)  “jimaq maqborong”,  (12)  “jimaq sallettoq” (kiri). (13)  “gallang balleq” dan “potto”, (14)  “simaq-simang”, (15) “bunga-bunga”, (16) “dali lilliq beruq-beruq ‘subang yang dilapisi dengan bunga melati) ditambah “bakkar”, dan (17)  kipa-kipa (kipas).
Dalam satu tim penari atau “sappattuqduang” idealnya terdiri atas 16, 14, 12, dan 8 orang. Musik pengiring “pattuqduq” adalah “ganrang” (gendang), biasanya dua – tiga unit, dan satu gong.Juga ada penyanyi, umumnya oelh orang tua yang mengenakan “pasangang mapute”.
Saat ini tarian-tarian tradisional Mandar jarang dimainkan, nanti ada acara khusus, misalnya penyambutan tamu atau peringatan 17 Agustus baru dilaksanakan.Hal itu menyebabkan generasi muda Mandar yang pernah atau mengetahui tarian tradisional nenek moyangnya tak seberapa. Di sisi lain, penari atau orang tua yang memahami dengan baik tarian tersebut (gerakan, aturan-aturan, dan peruntukannya) semakin sedikit. Malah bisa dihitung jari saja dewasa ini.
SISTEM MATA PENCAHARIAN HIDUP
Mata pencarian suku mandar pada umumnya tidak berbeda dari suku bugis dan makassar , yaitu melaut dan bercocok tanam. akan tetapi sebagian besar suku mandar memilih sebagai seorang pelaut atau nelayan . Pada buku yang ditulis oleh Chistian Pelras yang berjudul Manusia Bugis dikatakan bahwa sebenarnya leluhur orang Mandarlah yang ulung melaut bukan orang Bugis seperti pendapat banyak orang.
SISTEM TEKHNOLOGI DAN PERALATAN
Rumpon atau roppong dalam bahasa Mandar adalah tehnologi penangkapan ikan yang pertama kali ditemukan oleh pelaut Mandar, perahu sandeq adalah perahu tradisional bercadik yang tercepat dan ramah lingkunagn dikawasan Austronesia.Ide penciptanya berasal dari aral yang ditemukan pelaut mandar dilaut. Di kampung-kampung Mandar, alat tangkap tak semuanya sama, ada yang menggunakan sandeq dan ada juga yang menggunakan Baago, perahu Mandar yang tak bercadik.
Sistem kekerabatan
Suku Mandar, pada umumnya mengikuti kedua garis keturunan ayah dan ibu yaitu bilateral. Adapun keluarga luas di Mandar terkenal dengan istilah Sangana ' atau Mesangana, kelurga luar yaitu famili-famili yang dekat dan sudah jauh tetapi masih ada hubungan keluarga.Namun pada golongan bangsawan hanya mengikuti dari garis keturunan ayah.misalkan sebuah bangsawan pria menikahi wanita biasa , maka anaknya dikatakan berdarah biru (pappuangannya) yang dimiliki adalah setengah, sedangkan jika bangsawan wanita menikah dengan lelaki biasa , maka anaknya tidak memiliki sama sekali darah pappuangan.
Jenis Alat-Alat Tradisional
1. Alat-alat Produktif
- Alat-alat bertani
Uwase (kapak besar), bacci (kapak kecil), kowik passembaq (parang), pambuar (tual), peduiq (linggis), sodo (sodo), basse (pengikat padi), joppa (pemikul padi), pewulle (pemikul), kandao (sabit), daqala (bajak), raqapang (ani-ani).
- Alat-alat mengolah padi
Palungang (lesung panjang), issung (lessung), parridiq (alu), tappiang (tampi), Galeong (ayak besar).
- Alat-alat mengolah sagu
Passulung (alat pembelah batang), lakung (pemukul), saringang (alat untuk menyaring sagu), sakung (alat untuk menghancurkan sagu dari batangnya), balanu (uncak).
- Alat-alat untuk mengolah kopra
Endeq (tangga), kowiq (parang), passukkeang (alat untuk mengupas kulit kelapa), panisi (alat untuk mengeluarkan gading kelapa dari tempurung).
- Alat-alat untuk berburu
Doe (tombak), marepeq masandeq (bambu runcing), kowiq (parang).
- Alat Bantu untuk Mapparondong Lopi (menurunkan dan menaikkan perahu).
Pallaga seqde (penopang samping), paqdisang (pengganjal bagian bawah), sambeta (kayu penopang kiri-kanan),kalandada (kayu melintang bagian bawah), landurang (rel roda), kaqjoliq (roda), gulang (tali-temali).
- Alat-alat untuk beternak
Pattoq (tiang tambatan), gulang (tali), kaleqer (cincin hidung kerbau atau sapi), tallotong (alat mengikat kambing), balanu (uncak).
- Alat-alat untuk menangkap ikan
Bandoang (kail), tuluq (tali pancing), parrittaq (pancing untuk menangkap cumi-cumi), ladung (alat pemberat pancing), dapoq, buaro, dao-dao, lawaq (keramba), banding, panabe, jarring (alat penangkap ikan yang ditenun dari bahan serat tumbuh-tumbuhan), pukaq (pukat).
- Alat-alat tenun.
Cca, pamaluq, passa, talutang, awerang, balida, pattanraq, aleq, saqar, patakko, palapa, bitting kolliq, kolliq, toraq, pallossorang, pappamalinang, sissir daiq, (kesemuanya adalah alat untuk menenun), unusang roeng, galenrong, pappamalinang, ayungang, (alat untuk mengolah sutera), sautang (tempat membuat lungsing), balaqbaq (contoh corak).
- Alat-alat dapur atau memasak
Dapurang (dapur), patuapi (para-para), pallu (tempat belanga atau kuali dijerang), laliang (tungku), pattapang (anglo), talongngeq (semblokan), panasil (pangganjal), balenga (belanga), towang (tempat beras), gusi (tempayan), cibor (alat menimba air dari tempayan), suger (sendok nasi), sekor (gayung), sipiq (sepit), tulilling (embusan api), jepang (alat membuat jepa), kukusan, tapis (tapisan), paruq (parut), pekelluq (kukuran kelapa).
- Alat-alat membuat dan menyalakan api
Manggeseq (alat untuk membuat api dari bamboo), tulilling (alat menyalakan api ari bamboo bulat dan ini khusus dipakai menempa oleh pandai besi).
- Alat bantu mendirikan rumah
Pappeuma (alat untuk penegak), jakaq (alat penopang), gulang (tali), lakung (alat pemukul), pattuas (pengungkit).
- Alat-alat menganyam
Kowiq-kowiq (pisau), pangarruq (pisau raut), pandarris (alat untuk meraut), panetteq (alat untuk merapatkan).
- Alat-alat pertukangan
Guma kattang (gagang ketam), palu, paeq (pahat), kettang (kettam), petuttuq paeq (palu pahat), lakung (palu besar), bassiq (pelurus), soqolo (pelurus), bangko pakkattangang (kuda-kuda), passangerang (batu asah), garagaji (gergaji), gorogori (pelubang), seqo-seqong (engkol), batu toying (batu apung untuk menghaluskan barang yang telah dibuat).
2.  Alat-alat Senjata
-Gayang (keris), doe (tombak), badiq (badik), jambia (belati), kanda wulo (parang panjang), suppiq (sumpit), panah.
3 Wadah
Bakuq (bakul), karajing (keranjang), tedaq dan rakkiq (empat bahan makanan), tappiang (tampi), katoang (tempat air), bokki (alat mengambil air dari tanah liat), patti (peti), basung (tempat menyimpan pancing/alat perikanan).
Alat-alat Upacara
Pappeundungang (pedupaan), barang kuningan yang khusus dibeli seperti : pamenangang, tuquduang, rattiga, cepe-ceper, kapar jarangang, kappar (baki), laqlang (payung).
4 Alat-alat Kesenian
Alat yang dipetik                  : kacaping, sattung
Alat yang ditiup          : suling, keke
Alat yang digesek        : gesoq
Alat yang dipukulkan  : jarumbing
Alat yang dipukul        : calong, katto-kattoq, ganrang (gendang) dan
Yang dibeli dari luar, gong, tawaq-tawaq.
5 Alat-alat Transport
Alat transport di darat : tekek alat pikulan pada kua kolong (terompah), bakuq (alat menjunjung),lembar (alat pikulan di bahu), koroba (alat kendaraan yang ditarik kerbau atau sapi), bendi (alat kendaraan yang ditarik oleh kuda). Alat transport di sungai misalnya rakiq (rakit), lepa-lepa (sampan). Dan alat-alat transport di laut adalah berbagai macam type dan jenis Perahu
pola perkampungan